Hari rabu, hari kedua tryout diMansara, sekolah gue. Sungguh mengenakkan, mata pelajaran yang ditryout-kan jam pertama adalah matematika. Pertanyaan “seburuk apakah hari ini? Muncul difikiran gue. Pagi aja udah hujan deras yang bikin gue pergi kesekolah hampir telat dan bikin pakaian gue jadi basah, terutama jaket gue.
Tapi gue sampe sekolah 10 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi.
*Bel berbunyi*
Teman-teman belum datang kesekolah semuanya, “pasti mereka dihalangin hujan” “fikir gue. Teman satu ruangan gue pun hanya 6-9 orang pagi itu. Gue mimpin barisan untuk masuk kelas.
“Pimpinan kalian saya ambil alih” kata gue dengan tegas.
“Eh jangan diambil dong” Sahut teman gue yang bernama Dian.
Gue cuek, lalu meneruskan, “Siap gerak.”
Tapi karena gue gak dalam posisi siap gue dibisikkin oleh guru pengawas yang ada disamping gue.
“Zakir, seharusnya kamu juga dalam keadaan siap” Kata pak Junai.
“Iya, iya pak.” Sahut gue dengan agak gagap.
Kami pun masuk kelas. *Dalam ruangan* suasana sepi, mencekam, gelap, seperti acara tv Masih dunia lain. Ah, yang tadi gue lebay. Terlihat raut muka teman-teman gue yang agak tegang karena menunggu soal Matematika. Pak junai membagikan kertas jawaban dan soal matematika.Sudah gue duga sebelumnya, soalnya terlihat mudah, tapi jawabannya yang sulit.
Waktupun berjalan, satu persatu teman gue yang telat masuk kelas juga. Dan ada satu teman gue juga namanya Seman, waktu itu dia juga telat, pas masuk kelas dia langsung buka baju. Dia kelihatan kedinginan karena pakaiannya basah semua dari baju sampai celana dalam,mungkin. Emang hujan tadi pagi derasnya tingkat mayor *berasa main game PB*. Tetapi lihat sisi perjuangannya untuk sampai kesekolah *salut*.
Kembali mengerjakan soal tryout matematika, pengawas dengan santainya main smartphonenya sebut saja namanya pak Ridha. Pak Ridha menggantikan pak Junai yang ada kesibukkan lain. Lalu temen gue yang udah gak pake seragam sekolah tadi izin keluar, gue mikir dia pasti ketoilet, ternyata saat balik kekelas dia bawa makanan, dan teman-teman yang lain banyak yang minta makanannya tadi. Satu ruangan menjadi gaduh, satu persatu teman gue izin keluar untuk beli makanan, kelaspun yang tadinya gelap, menyeramkan, berubah 180 derajat. Nggak seperti fikiran gue tadi pagi. Kenapa banyak yang kekantin? Gue tau,mungkin mereka juga ngerasain apa yang gue rasain, yaitu laper men. Pagi gue ngga sempat sarapan, karena hujan bikin gue telat bangun. *oke alasan diterima*
Kembali ke suasana ruangan yang mulai rame. Ada satu teman gue yang lain, namanya Dian, Dian izin keluar dan beli coklat chacha sepuluh bungkus. Tapi dia cuma ngebeliin untuk Ramlan (temen gue yang lain). Gue sama Dian ngerjain soal sambil main lempar-lemparan coklat chacha ke mulut. Teman-teman yang lain juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang ngerjain soal dengan serius, sebut saja namanya Lutfi, ada yang sibuk bahas tugas, ada yang makan-makan, ada juga yang main hape. Sama seperti pengawas hari itu. Sampai waktu buat ngerjain soal tryout jam pertama habis, suasananya tidak seperti fikiranku sebelum berperang melawan matematika.Bahwa tryout itu hanya mitos untuk membuat kita takut menghadapi ujian sesungguhgnya.
Satu hal yang gue tau setelah itu, janganlah takut sebelum kita menjalani sesuatu, karena kadang yang kita fikir tidak bisa kita lakukan adalah hal kita takut untuk sebuah kegagalan. Jikalau kita tak pernah tau apa itu gagal, kita tidak akan pernah berhasil.
*Semoga hasil tryout matematika gue memenuhi target nilai. Amin*
Udah dulu untuk malam ini, gue mau makan. bye
@Zyasseer